dina dimata olive..
dina tu nag.a gokilz... lattha..
asik bgt log digoda...
andalan.a bilang "AYAM"
wkwkwkw........
lchu kn??? :)
dina jg nag.a pinter....
asik deh pkok.a...
Don't shy to share
dengan berbagi qt bs sedikit merasa lega.. so..... let's to share
Selasa, 26 Oktober 2010
Selasa, 19 Oktober 2010
haruskah???
Haruskah kita malu kepada kelemahan kita? Dalam banyak hal kita selalu berusaha menyembunyikan kelemahan kita dan berlindung dibalik kelebihan kita.
Kita cenderung untuk memamerkan kelebihan dan menutup rapat kelemahan kita agar kita tidak terlihat lemah di mata orang lain.
Kita memang harus memaksimalkan talenta kita, harus terus meningkatkan kapasitas kita sesuai dengan apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Itu betul.
Tapi terkadang kita lupa bahwa semua itu berasal dari-Nya lantas kita bermegah berlebihan dan bersikap melebihi batas dengan apa yang kita miliki. Kita menjadi terlena dengan kehebatan kita, dan pada suatu ketika di saat kita dihadapkan pada kelemahan maka kita pun akan hancur berantakan. Fokus kepada apa yang bisa kita lakukan, pada spesialisasi kita masing-masing, itu bagus.
Tapi di sisi lain kita pun harus mengakui dengan jujur bahwa kita bukanlah mahluk yang sempurna. Di satu sisi kita kuat, di sisi lain kita lemah. Itu sangat wajar. Semua manusia pasti punya kelemahan sendiri-sendiri, baik secara fisik, emosi, kemampuan, intelegensia bahkan juga rohani.
Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang diperhadapkan pada sebuah pertanyaan yang benar-benar kita tidak tahu jawabannya.
Sampai saat ini ada juga yang masih mengira, jika seseorang tidak tahu, lalu ia terus terang mengatakan “saya tidak tahu“, maka sederet stigma negatif akan menempel kepadanya, seperti kurang pengetahuan, bodoh, kuper dll.
Padahal tidak demikian, beberapa ulama seperti Al Mawardi dan Al Munawi menjelaskan, justru merupakan sifat orang alim, jika ia tidak tahu maka ia terus terang. Sebaliknya sifat orang bodoh, jika ia takut mengatakan kalau dirinya tidak tahu, dan hal itu bukanlah sebuah aib.
Beliau menjelaskan:“Kedudukan seorang alim tidak akan jatuh dengan mengatakan “saya tidak tahu“ terhadap hal-hal yang tidak ia ketahui. Ini malah menunjukkan ketinggian kedudukannya, keteguhan dien-nya, takutnya kepada Allah Ta’ala, kesucian hatinya, sempurna pengetahuannya serta kebaikan niatnya. Orang yang lemah dien-nya merasa berat melakukan hal itu. Karena ia takut derajatnya jatuh di depan para hadirin dan tidak takut jatuh dalam pandangan Allah. Ini menunjukkan kebodohan dan keringkihan diennya“. (Faidh Al Qadir, 4/387-388).
Mengakui kelemahan bukan berarti kita harus minder. Tidak sama sekali. Tapi mengakui kelemahan disini bertujuan untuk menjaga diri kita agar tetap berpijak di atas bumi, tetap low profile. Mengakui kelemahan bukan mengarah kepada perasaan rendah diri, tapi lebih kepada rendah hati.
Jika demikian, janganlah kita malu mengatakan terus terang , “saya tidak tahu“, terhadap apa yang tidak kita ketahui. Dan janganlah kita memaksa untuk berbicara tentang hal yang tidak kita ketahui….
Kita cenderung untuk memamerkan kelebihan dan menutup rapat kelemahan kita agar kita tidak terlihat lemah di mata orang lain.
Kita memang harus memaksimalkan talenta kita, harus terus meningkatkan kapasitas kita sesuai dengan apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Itu betul.
Tapi terkadang kita lupa bahwa semua itu berasal dari-Nya lantas kita bermegah berlebihan dan bersikap melebihi batas dengan apa yang kita miliki. Kita menjadi terlena dengan kehebatan kita, dan pada suatu ketika di saat kita dihadapkan pada kelemahan maka kita pun akan hancur berantakan. Fokus kepada apa yang bisa kita lakukan, pada spesialisasi kita masing-masing, itu bagus.
Tapi di sisi lain kita pun harus mengakui dengan jujur bahwa kita bukanlah mahluk yang sempurna. Di satu sisi kita kuat, di sisi lain kita lemah. Itu sangat wajar. Semua manusia pasti punya kelemahan sendiri-sendiri, baik secara fisik, emosi, kemampuan, intelegensia bahkan juga rohani.
Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang diperhadapkan pada sebuah pertanyaan yang benar-benar kita tidak tahu jawabannya.
Sampai saat ini ada juga yang masih mengira, jika seseorang tidak tahu, lalu ia terus terang mengatakan “saya tidak tahu“, maka sederet stigma negatif akan menempel kepadanya, seperti kurang pengetahuan, bodoh, kuper dll.
Padahal tidak demikian, beberapa ulama seperti Al Mawardi dan Al Munawi menjelaskan, justru merupakan sifat orang alim, jika ia tidak tahu maka ia terus terang. Sebaliknya sifat orang bodoh, jika ia takut mengatakan kalau dirinya tidak tahu, dan hal itu bukanlah sebuah aib.
Beliau menjelaskan:“Kedudukan seorang alim tidak akan jatuh dengan mengatakan “saya tidak tahu“ terhadap hal-hal yang tidak ia ketahui. Ini malah menunjukkan ketinggian kedudukannya, keteguhan dien-nya, takutnya kepada Allah Ta’ala, kesucian hatinya, sempurna pengetahuannya serta kebaikan niatnya. Orang yang lemah dien-nya merasa berat melakukan hal itu. Karena ia takut derajatnya jatuh di depan para hadirin dan tidak takut jatuh dalam pandangan Allah. Ini menunjukkan kebodohan dan keringkihan diennya“. (Faidh Al Qadir, 4/387-388).
Mengakui kelemahan bukan berarti kita harus minder. Tidak sama sekali. Tapi mengakui kelemahan disini bertujuan untuk menjaga diri kita agar tetap berpijak di atas bumi, tetap low profile. Mengakui kelemahan bukan mengarah kepada perasaan rendah diri, tapi lebih kepada rendah hati.
Jika demikian, janganlah kita malu mengatakan terus terang , “saya tidak tahu“, terhadap apa yang tidak kita ketahui. Dan janganlah kita memaksa untuk berbicara tentang hal yang tidak kita ketahui….
berbagilah
Tanpa disadari, mata Jane pun berkaca-kaca mendengar cerita Lady, sahabatnya. “Sekarang loe tau kan, kenapa gue ga mau pulang ke rumah?” kata Lady sambil terisak. “Ya, yang di rumah itu bukan bokap kandung gue…and dia yang bikin gue trauma dengan apapun yang menjurus ke hubungan intim. Jijik!”.
Cerita Lady ini membuat Jasmine terhenyak. Curhatan Lady minggu lalu sudah membuatnya terkejut, kali ini lebih mengejutkan lagi. Sebelumnya Lady bercerita bahwa dirinya pernah menikah, sayang..suami meninggalkannya dengan wanita lain, karena menganggap Lady tidak mampu ‘melayani’.
Gosh, Lady masih 25 tahun sudah menjanda, dan kini merasa bahwa dirinya frigid. Jasmine pun menyadari pentingnya hubungan intim dalam pernikahan, tetapi..kenapa bukannya diselesaikan baik-baik dahulu, malah ga sabar selingkuh. Tidak ada pengertian dan penghargaan dari pasangan!
Ibunda Lady menikah lagi, karena ayah kandungnya selingkuh. Ya, Lady sangat membenci ayah kandungnya karena itu, dan ternyata ayah tiri pun melecehkannya secara seksual. Itulah kenapa ia enggan untuk pulang ke rumah karena harus bertemu dengan ayah tirinya. Parahnya, pelecehan seksual juga didapat dari adik Ibunya saat usianya masih 12 tahun!
“Oh, God!” desah Jasmine.
“Loe satu-satunya temen yang denger cerita ini, sist,” kata Lady sambil mengusap air matanya.
Suasana Cafe yang lengang dengan sayup-sayup musik yang melow di salah satu mall itu membuat mereka semakin terhanyut dalam curhatan. Tanpa mempedulikan para pelayan cafe yang mungkin melihat air mata mereka berdua.
“Sist..”
Jasmine menghentikan kalimatnya. Antara ragu-ragu dan ingin sekali mengungkapkan sesuatu.
“Mmm..sebenernya…gue juga ngalamin yang sama,” lanjut Jasmine dengan sedikit ragu. “Gue juga pernah ngerasain benci banget sama bokap gue, bukan karena beliau yang melakukan tapi karena dia..sampe akhirnya terjadi kejadian itu”.
“Kenapa?” tanya Lady dengan penasaran.
Jasmine mulai menceritakan peristiwa yang sudah lama ia tutup rapat-rapat dari siapapun. Ia mengalami pelecehan seksual dari orang yang dia kagumi dan sangat ia percaya, yang dianggapnya seperti ayah sendiri. Ia dekat dengan pria itu karena selama ini tidak merasakan kasih sayang seorang ayah, dan karena itulah Jasmine begitu percaya hingga akhirnya terjadi peristiwa yang membuatnya trauma itu. Jasmine selalu mencari sosok ayah dan kakak di setiap teman prianya, hanya untuk berbagi ceritanya. Sampai akhirnya ada sahabat yang memanfaatkan keluguannya. Dan Jasmine selalu menyalahkan dirinya setiap ingat akan peristiwa itu. “Lugu dan bodoh sekali gue waktu itu!”
Ia tidak mengetahui keberadaan ayahnya, hanya terkadang sang ayah pulang ke rumah, barang sehari dua hari. Dan ini sudah berlangsung sejak Jasmine masih duduk di Sekolah Dasar. Bahkan waktu masih SD, ia pernah berharap orang tuanya lebih baik cerai. Yang ia tahu, semua biaya hidup keluarga selama ini ditanggung oleh Ibunya, termasuk juga hutang-hutang ayahnya.
“Loe ga laporin, sist?” tanya Lady.
“Seperti loe juga sist, malu..dan kemungkinan orang nyalahin kita, karena dianggap kecentilan, tanpa tahu persoalannya,” jawab Jasmine.
“Iya, bener,” balas Lady.
“Tapi sekarang gue berusaha maafin bokap dan juga orang itu, sist,” tutur Jasmine. “Gue sadar, ga ada gunanya gue dendam terus, malah bikin gue sakit. Apalagi orang itu kelihatan banget merasa bersalah. Yang bikin gue berusaha kuat adalah ngelihat ketelatenan dan kesabaran nyokap meski disakiti. Gue ga pengen nyokap tau peristiwa ini. Gue cuman pengen nyokap bahagia dan bangga dengan apa yang gue lakukan. Dan gue seneng, sekarang gue bisa balas budi ke nyokap, sekarang gue yang rawat dia”.
“Good for you, sist,” ujar Lady.”Sementara gue ga bisa maafin mereka karena sama sekali ga keliatan merasa bersalah! Bahkan gue pernah nyumpah-nyumpahin ayah tiri gue..tanpa gue sadarin..”
Lady menghentikan luapan emosinya. Tiba-tiba air matanya semakin deras mengalir.
“..tanpa gue sadarin sumpah itu justru kejadian ke adik gue sendiri. Gue ngerasa bersalah banget waktu gue tau adik gue dipaksa ngelayanin tukang cat yang kerja di rumah..”
“Hei..wait..adik? cowok?!” potong jasmine. Ia terkejut mendengarnya karena yang ia ketahui satu-satunya adik Lady adalah Dika, yang baru saja menginjak SMP. Pria itu memperkosa anak laki-laki yang masih lugu!
Lady membalasnya dengan anggukan sambil terus mengusap air matanya.
Selama beberapa menit, mereka terhanyut dalam isakan tangis.
“Makasih banget sis..loe mau dengerin cerita gue ini, coz cuman kamu yang tau..and makasih juga mau cerita,” ujar Lady sembari menggenggam tangan Jasmine. “Gue lega bisa cerita”.
“Iya aneh..gue juga ngerasa lega dah bisa ceritain yang selama ini gue tutup-tutupin,” jawab Jasmine.
Sejak saat itu, dua sahabat ini saling berbagi cerita-cerita yang biasanya susah untuk diungkapkan. Jasmine yang lebih dulu bangkit dari keterpurukkannya, meskipun terkadang traumanya tetap muncul, selalu memberikan semangat kepada Lady untuk bisa berhasil mencapai cita-citanya. Bagi Jasmine, justru pengalaman buruk hidupnya itulah yang memberi semangat untuk selalu berhasil. Pengalamannya yang tidak mendapat perhatian dari keluarga, justru membuatnya selalu memberi perhatian dan semangat kepada teman-teman dan lingkungannya, khususnya mereka yang mengalami hal yang sama.
Cerita Lady ini membuat Jasmine terhenyak. Curhatan Lady minggu lalu sudah membuatnya terkejut, kali ini lebih mengejutkan lagi. Sebelumnya Lady bercerita bahwa dirinya pernah menikah, sayang..suami meninggalkannya dengan wanita lain, karena menganggap Lady tidak mampu ‘melayani’.
Gosh, Lady masih 25 tahun sudah menjanda, dan kini merasa bahwa dirinya frigid. Jasmine pun menyadari pentingnya hubungan intim dalam pernikahan, tetapi..kenapa bukannya diselesaikan baik-baik dahulu, malah ga sabar selingkuh. Tidak ada pengertian dan penghargaan dari pasangan!
Ibunda Lady menikah lagi, karena ayah kandungnya selingkuh. Ya, Lady sangat membenci ayah kandungnya karena itu, dan ternyata ayah tiri pun melecehkannya secara seksual. Itulah kenapa ia enggan untuk pulang ke rumah karena harus bertemu dengan ayah tirinya. Parahnya, pelecehan seksual juga didapat dari adik Ibunya saat usianya masih 12 tahun!
“Oh, God!” desah Jasmine.
“Loe satu-satunya temen yang denger cerita ini, sist,” kata Lady sambil mengusap air matanya.
Suasana Cafe yang lengang dengan sayup-sayup musik yang melow di salah satu mall itu membuat mereka semakin terhanyut dalam curhatan. Tanpa mempedulikan para pelayan cafe yang mungkin melihat air mata mereka berdua.
“Sist..”
Jasmine menghentikan kalimatnya. Antara ragu-ragu dan ingin sekali mengungkapkan sesuatu.
“Mmm..sebenernya…gue juga ngalamin yang sama,” lanjut Jasmine dengan sedikit ragu. “Gue juga pernah ngerasain benci banget sama bokap gue, bukan karena beliau yang melakukan tapi karena dia..sampe akhirnya terjadi kejadian itu”.
“Kenapa?” tanya Lady dengan penasaran.
Jasmine mulai menceritakan peristiwa yang sudah lama ia tutup rapat-rapat dari siapapun. Ia mengalami pelecehan seksual dari orang yang dia kagumi dan sangat ia percaya, yang dianggapnya seperti ayah sendiri. Ia dekat dengan pria itu karena selama ini tidak merasakan kasih sayang seorang ayah, dan karena itulah Jasmine begitu percaya hingga akhirnya terjadi peristiwa yang membuatnya trauma itu. Jasmine selalu mencari sosok ayah dan kakak di setiap teman prianya, hanya untuk berbagi ceritanya. Sampai akhirnya ada sahabat yang memanfaatkan keluguannya. Dan Jasmine selalu menyalahkan dirinya setiap ingat akan peristiwa itu. “Lugu dan bodoh sekali gue waktu itu!”
Ia tidak mengetahui keberadaan ayahnya, hanya terkadang sang ayah pulang ke rumah, barang sehari dua hari. Dan ini sudah berlangsung sejak Jasmine masih duduk di Sekolah Dasar. Bahkan waktu masih SD, ia pernah berharap orang tuanya lebih baik cerai. Yang ia tahu, semua biaya hidup keluarga selama ini ditanggung oleh Ibunya, termasuk juga hutang-hutang ayahnya.
“Loe ga laporin, sist?” tanya Lady.
“Seperti loe juga sist, malu..dan kemungkinan orang nyalahin kita, karena dianggap kecentilan, tanpa tahu persoalannya,” jawab Jasmine.
“Iya, bener,” balas Lady.
“Tapi sekarang gue berusaha maafin bokap dan juga orang itu, sist,” tutur Jasmine. “Gue sadar, ga ada gunanya gue dendam terus, malah bikin gue sakit. Apalagi orang itu kelihatan banget merasa bersalah. Yang bikin gue berusaha kuat adalah ngelihat ketelatenan dan kesabaran nyokap meski disakiti. Gue ga pengen nyokap tau peristiwa ini. Gue cuman pengen nyokap bahagia dan bangga dengan apa yang gue lakukan. Dan gue seneng, sekarang gue bisa balas budi ke nyokap, sekarang gue yang rawat dia”.
“Good for you, sist,” ujar Lady.”Sementara gue ga bisa maafin mereka karena sama sekali ga keliatan merasa bersalah! Bahkan gue pernah nyumpah-nyumpahin ayah tiri gue..tanpa gue sadarin..”
Lady menghentikan luapan emosinya. Tiba-tiba air matanya semakin deras mengalir.
“..tanpa gue sadarin sumpah itu justru kejadian ke adik gue sendiri. Gue ngerasa bersalah banget waktu gue tau adik gue dipaksa ngelayanin tukang cat yang kerja di rumah..”
“Hei..wait..adik? cowok?!” potong jasmine. Ia terkejut mendengarnya karena yang ia ketahui satu-satunya adik Lady adalah Dika, yang baru saja menginjak SMP. Pria itu memperkosa anak laki-laki yang masih lugu!
Lady membalasnya dengan anggukan sambil terus mengusap air matanya.
“Itu kenapa.. gue sayang banget.. sama adik tiri gue itu..” tutur Lady terbata-bata. “Gue ngerasa salah banget sudah nyumpah-nyumpahin..ternyata sumpah itu jatuhnya ke Dika”.“Jangan salahin diri kamu sis, mungkin memang takdirnya, bukan karena sumpah kamu,” kata Jasmine mencoba menenangkan Lady.
Selama beberapa menit, mereka terhanyut dalam isakan tangis.
“Makasih banget sis..loe mau dengerin cerita gue ini, coz cuman kamu yang tau..and makasih juga mau cerita,” ujar Lady sembari menggenggam tangan Jasmine. “Gue lega bisa cerita”.
“Iya aneh..gue juga ngerasa lega dah bisa ceritain yang selama ini gue tutup-tutupin,” jawab Jasmine.
Sejak saat itu, dua sahabat ini saling berbagi cerita-cerita yang biasanya susah untuk diungkapkan. Jasmine yang lebih dulu bangkit dari keterpurukkannya, meskipun terkadang traumanya tetap muncul, selalu memberikan semangat kepada Lady untuk bisa berhasil mencapai cita-citanya. Bagi Jasmine, justru pengalaman buruk hidupnya itulah yang memberi semangat untuk selalu berhasil. Pengalamannya yang tidak mendapat perhatian dari keluarga, justru membuatnya selalu memberi perhatian dan semangat kepada teman-teman dan lingkungannya, khususnya mereka yang mengalami hal yang sama.
Prinsip Jasmine, wanita akan terlihat cantik dengan berbuat baik, tanpa dendam, tanpa pikiran negatif.Prinsip itu kini juga dipegang Lady. Ia mulai menjalankan segala aktivitasnya dengan normal tanpa beban merasa jadi satu-satunya yang sial, seperti yang selama ini dirasakan. Seperti juga Jasmine, Lady mulai sibuk dalam gerakan sosial yang dibentuknya bersama teman-temannya untuk menolong anak-anak yang orang tuanya tidak mampu untuk membiayai mereka sekolah.
Ya, kita mungkin merasa sial, dan dunia seakan-akan runtuh. Dan kita merasa tidak diberkati dengan keadaan kita itu, tanpa kita sadari banyak yang mengalami kesulitan dan trauma melebihi diri kita, hanya mungkin dalam bentuk berbeda. Dendam tidak mampu menyelesaikan masalah, tetapi sahabat mungkin bisa membantu menguranginya.Dan, entah karma itu ada atau tidak, dari cerita di atas, kita bisa lihat kaitan antara cerita masa lalu dan masa berikutnya. Apa yang kita perbuat, mungkin saja berbalik kepada anak cucu kita. Hmmm..Dunno
31 Responses to “Berbagi, Saat Dendam Tak Menyelesaikan Masalah”
Langganan:
Postingan (Atom)
tapi asik banget muatan yang dibawa sama mbak Leoni.. walaupun ga selamanya sebuah dendam itu bisa dihilangkan dengan mudah, tapi saya pun setuju kalo hidup bisa jadi lebih indah bila kita tak menyimpan beban seperti dendam, sakit hati dll
Iya Pung, emang dendam susah hilang, tp apa gunanya jg nyimpen dalem2 yg ada kitanya sakit hati sendiri kan?
Thank u ya Pung ^__^
Thank u Agus ^__^
Saya pernah “agak” percaya dulu, tapi sekarang tidak lagi. Variabelnya sering terlalu absurd tuk bisa dihubung2kan. Leoni percaya?